Sabtu, 26 Januari 2013

kenapa

kata "kenapa" bisa bermakna sepele bagi sebagian orang, tapi bagiku kata "kenapa" berarti pintu dari semua pengetahuan

tapi disisi lain, apakah sangat sulit untuk mengatakan "kenapa" ? bila memang sulit, kenapa? tidakkah hanya bilang kenapa kita akan tau semuanya. bila kamu memang ingin tahu sesuatu katakan kata "kenapa" dan kamu akan tau jawabannya

Minggu, 20 Januari 2013

my love in my life



Author         : Any Setyawati

 




love... cinta... Ya, cinta
sebenarnya pa sich makna cinta menurut kalian ?
cinta adalah sesuatu yang nggak bisa diungkapin dengan kata-kata (gombal)
cinta adalah ketika dia tidak memperdulikanmu, dan kamu masih menunggunya dengan setia (g percaya, survei g membuktikan)
cinta adalah senandung rasa dalam ungkapan hati.... bait-bait cinta yang terucap disetiap palung jiwa. (ihhiiiirrr..... bokis bgt)
cinta adalah keindahan semata-mata (masak......?)
cinta adalah bla, bla, bla, bla
banyak banget tuch makna dari cinta –katanya-
hemm... cinta menurut q ? pa ya? Eits, jangan tanya cinta dengan pacar atau kekasih dulu. Karena bagi q itu semua hanya ilusi... fatamorgana... kecuali kalo dah jadi suami / istri kalian dan mang bener-bener kalian sayangi. J hehehehe
meskipun kaya gitu, q juga masih punya cinta lho... jangan salah. Tapi saat ni cintaq lebih tertuju pada keluargaq. Ibuku, ayahq, kakakq, dan seseorang yang paling q sayang dalam hidupq saat ni ‘nenekq’. Iya, nenekq. Telah ku tanamkan cinta yang begitu besar untuk nenekq, melebihi kedua orang tuaq. (q bukan anak durhaka...................)
Bila kebanyakan orang akan membicarakan cinta mereka dengan kekasih ataupun pacarnya, tapi tidak denganq. Dengan sangat bangga q akan menceritakan kisahq dengan nenek ‘my hero’. Meskipun q tau, mungkin banyak orang yang jenuh dan mencemoohq saat q ceritakan ini. Ha nenek ? pa yang special ? Cuma orang tua ja ko dibanggain !! ya, karena beliau orang tua itulah q banggain, karena kasih syangnya itulah q banggain, karena pelukannya itulah q banggain, karena kelembutannya itulah q banggain, dan karena senyumannya itulah q banggain. Love u so much...
Bagiq, beliau bukan hanya sekedar nenek dalam hidupq. Namun bisa juga sebagai orang tua, teman, bahkan sahabat. Nggak jarang q curhat dengan nenekq. Tidur pun kami seranjang, kalo saat makan beliau sulit makan bila g bersama. Q g akan merasa malu, risih pun juga enggak. Q malah senang, sesuatu yang g bisa q lupain.
Sebelum kami tidur, kami menyempatkan untuk mengobrol, bernyanyi, cerita, dan becanda bersama sampai mata terpejam. Suatu malam q utarakan niatq untuk melanjukan kuliah setelah lulus. Menjadi seorang guru, itulah mimpiq. Bukan.... maksudq itulah mimpi kami. Iya, beliau langsung setuju dan membujuk orang tuaq untuk mengabulkannya yang saat itu kedua orang tuaq tidak pernah merestuinya. Dengan syarat, q g boleh meninggalkan beliau. Itulah impian besar kami, q menjadi seorang guru. Seorang wanita yang tangguh, yang kelak tidak akan merepotkan suami dan keluarganya, yang bisa berdiri tegak setegak tiang bendera merah putih. Dan tentunya bisa menjadi seorang ibu yang baik untuk keluarganya.
Hingga suatu malam, beliau bilang bahwa ia capek untuk cerita, ia ingin tidur, jelas q g trima itu, q selalu bertanya masa mudanya, masa tuanya, dan juga impiannya. 2 kata yang g bisa q lupain “jadilah guru” dan ia pun langsung tertidur. Paginya kami melanjutkan aktifitas seperti biasa, q masih ingat itu adalah hari mingu. Siang... q masih bercanda bersama, masih membuatkannya madu, masih menjailinya. Dan sorenya waktu q dirumah, g tau kenapa tanteq teriak-teriak memanggilq. Iya, nenekq jatuh saat masih sholat dan menahan sakit di kepalanya. Kami sekeluarga membawanya ke klinik, dan suntikan penenang yang diberikan oleh suster itu benar-benar membuat nenekq tenang. Tertidur pulas.
Karena keadaan yang semakin memburuk, minggu malam beliau dipindahkan ke salah satu rumah sakit di luar kota. Besoknya, ada kabar kalo pembuluh darah di otak sebelah kiri beliau pecah. . . satu-satunya cara untuk menyembuhkannya dengan operasi. Namun dengan usia dan kondisi yang tidak stabil ini dokter tidak bisa melakukannya. Kami nggak tau pa yang harus kami lakukan, menunggu... hanya itulah yang bisa kami lakukan dan berdoa agar beliau bisa sadar dari komanya. Setiap hari kusempatkan bercerita di samping telinga nenekq, q percaya beliau pasti mendengarnya. Believe it... suatu hari disaat q bercerita disamping beliau, dokter itu mendekatiq. “gunakan waktumu sebaik-baiknya, nenekmu g akan bisa bertahan lama karena pembuluh darah otak kanan juga pecah”. Jueedeerrr........ Hellow, pa maksudnya ? dia bukan tuhan kan, g berhak dia berkata seperti itu. Kalo q g ingat dia Dokternya, sudah q maki-maki dia. Astagfirullah.... Khilaf dikit ueyyy..
Satu minggu sudah beliau dirawat, tepatnya hari senin. Dan sudah satu minggu pula beliau belum sadar juga dari komanya, padahal saat itu q ingin berpamitan kalo q nanti core akan melakukan daftar ulang disalah satu perguruan tinggi. Yang artinya satu langkah mimpi kami akan terwujud. Ciuman, ya... ciuman itupun mendarat dipipinya sebelum ku pergi. Namun sepulang dari kampus, q g tau kenapa hati ini ingin kembali ke rumah sakit tapi beraaattt banget untuk melangkah kesana. Dan akhirnya q pulang, g mampir kerumah sakit.
Q masih ingat, sangat jelas malah dalam benakq. Sampai di depan rumah nenekq, keranda itu datang tepat di depanq. Iya. . beliau sudah meninggal. Wah, nggak da kata-kata yang bisa q ungkapkan bagaimana perasaanq waktu itu. Kesenangan pun seakan luntur berubah menjadi duka. Q kalut, q shock, q benar-benar g kuat lagi. Air mata ini seakan g da habis-habisnya untuk mengalir. Nggak da yang bisa nenangin q. Dan pada saat itulah pertama kalinya q melihat Ibuq menangis. Sakit.......banget rasanya. Melebihi sakitnya saat dicampakan sang pacar.
Tanggal 20 Juni 2011, hari yang g akan q lupain. Seakan-akan seperti dalam film, flasback...semua kejadian masa lalu saat bersama tergambar jelas dihadapanq. Saat ini dan itu. Dan ternyata ciumanq di rumah sakit adalah ciuman sekaligus sentuhan yang terakhir untuk beliau. Dan cerita sebelum tidur waktu itu adalah pesan terakhir untukq. Kuliah, menjadi guru.
Kalian tau apa yang terjadi setelah itu ? Q gila, q stres... benar-benar stres.. setiap hari q masih menanyakan nenekq, masih mencarinya, masih mengajaknya makan, masih bercanda bersama, masih. . . masih igin melakukan aktifitas bersama. Semua keluargaq kuatir dengan kondisiq seperti itu. Huftt . . . Tapi sekarang q sadar itu nggak akan pernah terjadi lagi. Karena beliau telah pergi, pergi meninggalkanq untuk selamanya.
Emmm... percaya tidak ada kehidupan setelah kematian ? Q percaya. q percaya ia selalu ada untukq. Q percaya dia akan menungguq. Beberapa waktu yang lalu ada seseorang berkata “orang yang engkau sayangi entah kapan pasti ia akan meninggalkanmu”. Q setuju itu, meninggalkan dalam arti tak ada lagi dihadapannya namun akan selalu ada di hati. Whahaha sok melankolis nich q
Saat ni, q sangat merindukannya. Sangat sangat sangat rindu... kawan, hanya satu pesanq. Sayangilah nenekmu seperti engkau menyayangi ibumu. Nenek bukanlah sebuah aib untukmu yang harus kamu hindari, yang membuatmu malu, yang membuatmu jijik, yang membuatmu merasa itu semua nggak penting. Bayangin dech, bila nenekmu nggak ada maka ibumu juga g da, otomatis kamu juga g akan ada di dunia ini. . .
Sesungguhnya kalian tau kenapa q sangat menyayanginya ?
Karena, meskipun dia seorang nenek yang sering kali lupa menyebutkan siapa namaq dan siapa diriq namun beliau tidak akan pernah lupa mengganggap q sebagai cucunya. Tidak akan pernah lupa menyisakan sedikit makanan untukq. Tidak akan pernah lupa membelikan q barang yang mungkin itu g berharga. Dan tidak pernah lupa memintaq untuk terus mewujudkan impian. . . .

In memorian Muslimah, My hero
Senin, 20 Juli 2011


Untuk rembulan di samping sayap jibril
Q selalu menanti di tepi kematianq
Tapi . . .
Q tak kuat menanti lama dan mengubur rindu di pusara yang semakin lama semakin mengering
 

Kamis, 10 Januari 2013


Aih... Aih...
Author: Abu Aufa*

Cinta, duuuh cinta...
Virus cinta emang bisa bikin blingsatan dan jungkir balik gak karuan. Uring-uringan, hingga makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Bahkan dapat merubah pribadi seseorang, yang awalnya benci banget kata-kata puitis nan manis, mendadak jadi pujangga yang pandai menebar janji tuk memikat hati.
... Sambil bersimpuh dengan seikat bunga mawar ditangan, sang pujangga pun merayu sang pujaan, "Duhai belahan hati, tak dapat kuhidup tanpa dirimu di sisi."
Kadang ia bergaya bagaikan bintang film India, "Adinda..., belahlah dadaku ini, kan kau lihat ada dirimu di sana."
Sang gadis pun tersipu malu, hidung kembang-kempis dan jempol kaki jadi gede, "Idih... abang bisa aja nih."
Tak peduli siang malam, yang dipikirkan hanya juwita sayang impian seorang. Tak tahan dengan rayuan maut sang pujangga karbitan, si gadis pun langsung jatuh cinta. Jiwa terbang ke awang-awang, bermain dengan bintang gemintang.
Akhirnya, adik jadi milik abang seorang.
Cihuiii... nikah juga!!!
Pesta tiga hari tiga malam pun diadakan, ngikutin tradisi bintang-bintang sinetron atau anak orang-orang kaya. Meriah, dengan orkes dangdut setiap malam yang memekakkan telinga, juga tak ketinggalan pemutaran layar tancap di depan rumah.
Tamu-tamu begitu banyak yang datang, dan tak henti-hentinya ucapan selamat dihaturkan, "Duuh neng, cantiknya...," seraya tangan mencubit gemes pengantin perempuan.
"Aduuh!" ternyata nyubitnya sakit juga, sambil ngedumel dalam hati, "Iih... luntur deh make-up, nih ibu reseh banget sih!"
Tapi senyuman masih mengembang, memikirkan banyaknya amplop yang akan diterima, dan kembali berbisik dalam hati, "Sudah tradisi...," menirukan iklan produk biskuit di tivi.
Rasa puas serta bahagia terpancar dari kedua pasangan, dan tentu saja keluarga besar. Bangga, bisa membuat pesta gede-gedean karena katanya itu simbol kaum terhormat dan kaya raya.
Rencana bulan madu pun tak lupa dipikirkan, "Bang, ntar kita bulan madu kemana?" tanya istri sambil bergelayut manja.
"Kemana aja boleh, terserah adikku sayang," sambil mencium pipi dengan mesra, muaaah! Maklum, pengantin baru.
"Huu... yang benar dong jawabnya," pura-pura merajuk.
"Kalo ke bulan, adik mau ikut?"
"Ikuuut...," sambil memegang erat tangan kekanda tercinta.
Aih... aih...
* * *
Cinta, duuuh cinta...
Di awal pernikahan duhai sungguh indah, sayang-sayangan yang bikin mabuk kepayang. Makan saling suap-suapan, di jalan pun tangan saling bergandengan, hingga kadang membuat iri yang belum menemukan pasangan. Tak lupa foto adinda yang sedang tersenyum dipajang di meja kerja, dielus-elus saking cintanya, karena tak sabar ingin segera pulang ke rumah.
Jam kerja kadang digunakan untuk telpon-telponan, "Lagi ngapain, honey?"
Karena masih pengantin baru, masih gede rasa cemburu.
"Hani? Siapa tuh Hani? Kan namaku bukan Hani, pacar baru lagi ya?"
Hiks... hiks... hiks...
Hah???
* * *
Waktu berlalu, hari berganti hari hingga tahun berganti tahun. Layaknya sebuah kehidupan, tentu ada pasang surut. Roda pun tak selalu di atas, selalu ganti berputar. Begitu juga perjalanan bahtera rumah tangga anak manusia, kadang manis tak jarang pula sebaliknya.
Gejolak cinta di masa muda yang begitu bergelora untuk mendapatkan pasangan jiwa lalu berganti dengan keluh kesah, hingga bosan pun meranggas cinta. Suami yang dulu begitu mesra, perlahan mulai lupa dengan yang di rumah. Sang istri kini lebih sering merenung sambil bersenandung lagu Kemesraan-nya Franky Sahilatua, berharap kemesraan yang dulu janganlah cepat berlalu.
Istri kadang sendirian, karena kekanda tercinta suka pulang larut malam. Makan malam yang dihidangkan pun kini tak lagi disentuh, karena restoran telah menjadi pilihan. Dilayani pelayan-pelayan yang berpenampilan rapih, bagi sang suami lebih menyenangkan daripada disambut istri yang wajahnya penuh dengan masker bengkoang dan celemek kucel penuh bau masakan beraneka-ragam. Bahkan tak jarang kepala bermahkotakan rol rambut aneka warna.
Ah... Rumah tangga kini tak lagi tampak mesra. Suami yang dulunya selalu berjanji sehidup semati, kini lain di bibir, lain di hati. Sindir menyindir sering jadi luka yang menyayat pedih.
* * *
"Neng... manusia itu tak ada yang sempurna, semua pasti ada kekurangannya," nasehat Wak Haji di mushola kecil yang diapit rumah-rumah mewah di kompleks perumahan tersebut.
"Suami istri saling cekcok atau bertengkar itu hal yang biasa," beliau kembali menambahkan.
"Wak Haji juga dong?" cepat memotong.
"Lha iya, emang saya bukan manusia?" Wak Haji menjawab sambil mesem-mesem.
"Lho, mestinya Wak Haji ngasih contoh yang baik, masak udah haji kok bertengkar?"
Lalu kembali berkomentar, "Kalo Wak Haji yang udah tua gini masih juga suka berantem, lha kita yang muda ini nyontohnya ke siapa? Wak Haji mikir dong, mikir...!"
Wuaaah...!!!
"Aih... aih... Wak Haji gitu aja marah, terusin deh" senyum-senyum.
Sambil menahan gemes, Wak Haji pun melanjutkan, "Neng juga harus inspeksi diri sendiri..."
"Mungkin introspeksi ya Wak, maksudnya?" membenarkan.
"Oh iya, ya itu..., Neng juga harus intrupsi"
"Introspeksi Wak, bukan intrupsi!" kembali membenarkan, sembari menahan kesal.
"Aduuh... susah ya pakai istilah tingkat tinggi, apa tadi, inflasi?" Wak Haji bertanya kembali.
Wuaaah...!!!
"Aih... aih... Neng, gitu juga marah, he... he... he...," Wak Haji terkekeh-kekeh, girang banget bisa membalas.
"Tak ada gading yang tak retak, demikian juga rumah tangga. Lautan masih terlalu luas terbentang, ribuan karang siap menghadang, ombak pun kadang menerjang. Karena itu semua persoalan tak hanya dapat dipecahkan dengan cinta, tapi juga butuh sikap dewasa," nasehat Wak Haji.
Kembali beliau menambahkan,
"Untuk bersikap dewasa harus ada yang namanya ujian. Nah..., jadikan ujian itu sebagai pernik-pernik dalam pernikahan, ia akan menjadi indah saat setiap pasangan menyikapinya dengan dewasa, bukan dengan amarah. Sikap dewasa akan menyuburkan cinta, sehingga istri atau suami akan lebih mengutamakan pasangannya. Misalnya nih contoh gampangnya, kadang si istri lebih senang berdandan untuk orang lain daripada suaminya, atau sebaliknya."
"Maksudnya Wak Haji?" bertanya, karena belum jelas.
"Iya, coba si Neng inspeksi, eh... apa tadi, inflasi?" sahut Wak Haji seraya membenarkan letak kopiahnya.
"Idih mulai lagi nih, introspeksi, Wak Haji" sambil menahan senyum.
"Eh iya, si Neng coba introspeksi diri, apa iya kalo dandan di rumah juga seperti ini? Padahal Islam menganjurkan kalo berdandan untuk suami di rumah itu jauh lebih baik daripada untuk orang lain," nasehat Wak Haji bagaikan air bening yang merembes di telaga hati.
Si Neng hanya terdiam, membenarkan. Kemudian ia merenung betapa indah, bahkan teramat indah Islam mengajarkan syariat kepada para pemeluk-Nya, hingga mengatur hal-hal yang sangat sederhana. Ia tertunduk malu, karena terkadang terlalu berlebihan berdandan untuk orang lain saat keluar rumah, padahal yang lebih utama semestinya itu adalah hak kekanda, sang belahan jiwa.
* * *
Krek... Suara pintu dibuka, suami tercinta baru pulang kerja.
"Aih... aih..., mau kemana malam-malam begini?" tanya suami curiga, melihat istri yang berdandan begitu cantiknya.
Ia hanya diam, dan tersenyum manis sementara kekanda tercinta masih bengong, menatap tak percaya.
"Nggak kemana-mana, emangnya gak boleh tampil cantik di rumah?" jelas adinda sambil mengedipkan genit sebelah matanya.
"Kata Wak Haji, istri itu harus melayani suami dengan baik, termasuk tampil cantik saat ia ada di rumah," menirukan apa yang telah didengarnya di mushola.
Suami terharu, aaah... ia memang telah tampil beda. Suami pun sadar bahwa dirinya dan juwita tercinta memang sudah beranjak jauh dari masa-masa muda yang penuh gelora, tapi kekuatan cinta akan selalu menjadikan seseorang berusaha memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya. Sang pujangga lalu berjanji dalam hati, untuk selalu menjadi pujangga cinta bagi adinda, sang belahan jiwa.
"Abang...," istri berkata perlahan.
Dalam hati sudah mengira, pasti adinda akan meminta maaf atas segala kekhilafan yang dilakukannya, sehingga dengan cepat ia berkata,
"Sudahlah dek, abang juga salah, suka mengabaikan tanggung jawab di rumah," terharu, mata tambah berkaca-kaca.
"Aih... aih..., emangnya saya mau ngomong apa," gerutunya dengan manja, "Cuma mau nanya, kan udah awal bulan, uang gajiannya mana?"
Hah???
WaLlahua'lam bi shawab.
*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA* Al-Hubb FiLlah wa LiLlah,

Selasa, 01 Januari 2013

wahai para orang tua


Wahai Para Orang Tua, Ajarilah Anak Kalian Shalat*.

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

.”
مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع واضربوهم عليها وهم أبناء عشر، وفرقوا بينهم في المضاجع

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.”(hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan)

Sesungguhnya anak-anak kita adalah amanat yang telah Allah limpahkan kepada kita, dan tentunya kita semua menginginkan mereka menjadi anak yang shalih, dan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufiq kepada mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Kita semua adalah teladan bagi anak-anak kita, dan ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث .. الحديثومنهم ولد صالح يدعو له ..

“Apabila manusia meninggal maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: dan beliau menyebutkan diantaranya adalah anak shalih yang mendoakannya.”

Maka hendaklah yang menjadi tujuan kita adalah keshalihan anak-anak kita.

Shalat adalah cahaya

Marilah kita mendengar dengan hati kita sebelum dengan telinga kita sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

وجعلت قرة عيني في الصلاة

“Dan dijadikan penyejuk pandanganku dalam shalat.”

dan beliau juga menjelaskan bahwa puncak segala hal adalah Islam dan tiangnya adalah shalat, dan bahwasanya shalat merupakan amalan yang pertama dihisab pada hari Qiyamat dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan shalat.

Bagaimana membiasakan anak untuk shalat

Allah berfirman:

وأمر أهلك بالصلاة واصطبر عليها

“Dan perintahkanlah anakmu untuk shalat dan untuk bersabar di atasnya.”

Telah kita ketahui bersama kedudukan shalat dalam Islam, oleh sebab itu wajib atas kita semua mengetahui bahwa membiasakan anak shalat adalah tujuan hidup dalam pendidikan keimanan anak-anak. Dan kami ingatkan bahwa masa kanak-kanak bukanlah masa taklif (pembebanan syari’at), akan tetapi itu adalah masa persiapan, pelatihan dan pembiasaan untuk sampai kepada masa taklif ketika mereka sampai pada usia baligh, sehingga mudah bagi mereka untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama mereka.

Tahapan-tahapan pengajaran shalat

Tahapan pemberian semangat dan motivasi anak untuk shalat

Dalam permulaan perkembangan kecerdasan anak, kedua orang tuanya meminta darinya untuk berdiri bersama mereka untuk shalat. Dan hendaklah kita ketahui bersama bahwa anak-anak pada permulaan masa kekanak-kanakannya terkadang lewat dihadapan orang yang shalat, dan terkadang duduk dan menangis. Dan tidak mengapa bagi bapak atau ibu untuk membawa anaknya ketika shalat di masjid, ketika khawatir dengan kondisi anaknya, lebih-lebih kalau di rumahnya tidak ada orang yang menjaganya. Dan jangan menghardik anak ketika dia melakukan hal-hal di atas semasa mereka masih kekanak-kanakan.

Tahapan sebelum tujuh tahun

1. Mengajari anak sebagian hukum-hukum thaharah (bersuci), seperti pentingnya menjaga diri dari najis seperti kencing dan selainnya, mengajari tata cara bersuci dan adab-adab buang hajat, mengajari pentingnya menjaga kebersihan diri dan pakaiannya serta menjelaskan keterkaitan thaharah (kebersihan) dengan shalat

2. Mengajari anak surat al-Fatihah dan beberapa surat pendek sebagai persiapan untuk shalat

3. Mengajari mereka wudhu dan melatih mereka untuk mempraktikkannya, sebagaimana yang dilakukan oleh para Shahabat radhiyallahu ‘anhum terhadap anak-anak mereka

4. Sebelum umur tujuh tahun kita mulai mengajarinya shalat dan memotivasinya untuk shalat fardu satu atau dua kali dalam sehari, dan pada tahap ini (di bawah tujuh tahun) kita tidak meminta dia untuk shalat lima waktu secara sekaligus

5. Hendaknya kita mengingat pentingnya mendampingi anak-anak di saat mereka shalat jum’at setelah kita mengajari mereka adab-adab masjid, sehingga mereka terbiasa menunaikan syi’ar ini (shalat jum’at) dan dia merasakan permulaan masuk dan bergabungnya dengan masyarakat

Tahapan antara tujuh tahun hingga sepuluh tahun

Di dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

.”
مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع واضربوهم عليها وهم أبناء عشر، وفرقوا بينهم في المضاجع

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.”(hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan)

Hendaklah anak-anak mempelajari hadits ini, dan dia sekarang berada pada tahapan pembiasan diri untuk shalat. Oleh sebab itu, sebagian pendidik menasihatkan agar pada hari masuknya seorang anak pada usia 7 tahun ada sebuah peristiwa yang istimewa dalam hidupnya agar dia mengingat bahwa dia sudah berada pada umur tersebut.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhususkan 3 tahun berturut-turut untuk menanamkan shalat pada jiwa-jiwa anak-anak. Dan kita mengulang-ulang permintaan shalat dari anak-anak kita dengan halus, lembah-lembut dan kecintaan. Dan dengan metode perhitungan kita mendapati bahwa jumlah pengulangan selama periode ini lebih dari 5000 kali dalam kurun waktu tiga tahun. Maksudnya, bahwa kedua orang tua mengingatkan anak-anaknya dan mengajaknya shalat, dan ini menjelaskan kepada kita arti penting pengulangan dalam praktik pendidikan dengan pengulangan yang disertai dengan wajah yang berseri-seri dan bagusnya lafazh. Dan setiap kebaikan bisa didapatkan dengan kebiasaan (membiasakannya).

Dan selama masa-masa ini seorang anak belajar hukum-hukum dan tata cara bersuci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beberapa do’a khusus yang berkaitan dengan shalat.

Tahapan perintah shalat dan pukulan apabila meninggalkannya

Dan merupakan hal yang mendesak adalah kita selalu mengulang-ulang –pada masa tujuh tahun- di telinga anak sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang memberikan batasan hukuman pukulan setelah umur 10 tahun, sebagai peringatan agar tidak menyepelekan shalat. Lalu apabila dia tetap meninggalkan shalat, maka harus diberi hukuman dengan pukulan. Akan tetapi, pukulan dibenarkan apabila sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Apabila seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang baik, dan orang tuanya perhatian terhadap hal yang telah disebutkan di atas, dan keduanya menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam menjaga shalat, maka sangat sulit bagi anak untuk tidak terikat dengan shalat dan dia akan konsisiten dengan shalatnya, lebih-lebih hal itu disertai dengan dorongan materi dan maknawi.

Dan pada periode ini (setelah umur 10 tahun) wajib atas kedua orang tua dan siapa saja yang berkecimpung di dunia pendidikan anak untuk mengajari mereka hukum-hukum shalat jama’ah, shalat sunnah, shalat Witir, dan dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu shalat Istikharah sekalipun Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu masih kecil.

Sebagaimana juga untuk memperhatikan shalat Fajr (shubuh) dan Isya’ pada periode ini, dan membiasakan mereka untuk menjaga semua shalat fardhu apapun alasannya khususnya di hari-hari ujian sekolah. Apabila mereka ketinggalan shalat karena lupa, maka hendaknya mereka shalat ketika mengingatnya, dan apabila ketinggalan shalat karena malas hendaklah kita mengajari mereka agar bersegera bertaubat dan beramal shalih seperti sedekah dari uang sakunya dan amalan-amalan shalih yang lain, semoga dengan demikian Allah mengampuninya.

Dan kami ingatkan akan pentingya kesepakatan kedua orang tua untuk menempuh langkah-langkah yang telah disebutkan di atas, dan untuk saling tolong-menolong agar menjadi teladan bagi anak-anaknya pada setiap perbuatannya. Dan hendaklah setiap orang tua memperbanyak do’a:

رب اجعلني مقيم الصلاة ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء

“Wahai Rabb, jadikanlah aku dan keturunanku orang-orang yang menegakkan shalat, wahai Rabb kami kabulkanlah do’a (kami).”

Dan do’a:

ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما

“Wahai Rabb kami, karuniakanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”.

Nasehat untuk kedua orang tua

1. Hendaknya ayah dan ibu selalu perhatian terhadap masalah shalat anaknya, misalnya:

a. Apabila seorang anak meminta izin kepada orang tuanya untuk tidur sebelum shalat Isya’, maka hendaknya kedua orang tuanya berkata kepadanya dengan santun:”Waktu shalat Isya’ sebentar lagi tiba, kita shalat dulu kemudian kamu bisa tidur dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

b. Apabila anak-anak kita meminta berkunjung ke rumah sanak famili sementara waktu shalat maghrib hampir tiba maka katakanlah kepada mereka:Kita shalat Maghrib dulu lalu kita pergi.”

c. Dan salah satu cara untuk menggugah kesadaran anak-anak akan kewajiban melaksanakan shalat, hendaknya kita (orang tua) mengkaitkan janji-janji atau momen-momen tertentu dengan waktu shalat, contohnya:“Kita akan mengunjungi Fulan setelah shalat Ashar, dan akan datang kepada kita Fulan setelah shalat Maghrib.”

2. Islam menganjurkan untuk berolah raga yang menjaga dan menguatkan badan, dan mukmin yang kuat lebih baik di sisi Allah daripada mukmin yang lemah. Akan tetapi tidak boleh kecintaan kita terhadap olah raga melalaikan kita dari shalat pada waktunya. Seperti melakukan pertandingan sepak bola atau olah raga lain yang dilakukan pada jam-jam shalat atau mendekati waktu shalat. Dan, masih banyak lagi contoh yang lain.

3. Apabila anak kita yang berusian lebih dari 10 tahun jatuh sakit, maka wajib bagi kita untuk membiasakannya shalat sesuai dengan kemampuannya, supaya di masa mendatang dia mengetahui dan terbiasa dengan hal itu dan dia mengetahui bahwa tidak ada udzur/alasan untuk meninggalkan shalat sekalipun sakit. Apabila sedang dalam kondisi safar (perjalanan) hendaklah kita ajari anak-anak kita rukhshah shalat qashar dan jamak, dan beritahukanlah kepada mereka tentang nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam rukshah tersebut dan bahwasanya Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang.

4. ajarilah anak-anak shalat Nafilah setelah kita mengajari mereka shalat wajib Secara bertahap.

5. Tanamkan keberanian kepada anak-anak kita untuk mengajak teman-temannya supaya mereka melaksanakan shalat. Dan supaya mereka tidak merasa segan untuk menghentikan pembicaraan lewat telepon atau pembicaraan dengan orang lain karena ingin mendatangi shalat berjama’ah di masjid. Dan juga tanamkan kepadanya agar tidak mengejek teman-temannya yang menyepelekan shalat, akan tetapi hendaklah mereka mengajak teman-temannya tersebut pada kebaikan ini.

6. Usahakan duduk bersama anak dan istrimu setiap hari jum’at untuk melaksanakan sunah-sunah hari jum’at seperti membaca surat al-Kahfi, memperbanyak dzikir, istighfar, dan shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, supaya anak-anak tumbuh di tengah-tengah kedua orang tuanya dengan kebaikan ini kemudian mereka mengikuti kedua orang tua mereka.

7. Hendaknya orang tua memperingatkan anak-anaknya yang melakukan sholat tak ubahnya seperti burung gagak yang mematuk, atau orang yang mencuri dalam shalatnya (karena tidak memenuhi rukun-rukun shalat). Dan tentunya lebih ditekankan lagi agar memperingatkan mereka dari haramnya meninggalkan shalat, dan memberitahu mereka tentang ancaman di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang meniggalkan shalat.

Bagaimana memperlakukan anak kecil?

a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menganjurkan kita untuk menggunakan kelemah lembutan dalam segala hal, beliau bersabda:

الراحمون يرحمهم الله، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

Orang-orang yang pengasih akan dikasihani oleh Allah, kasihanilah makhluk di Bumi niscaya Dzat yang di langit (Allah) akan mengasihi kalian.”

Maka hendaklah yang menjadi ciri khas kita adalah lemah-lembut dan kasih sayang.

b. Kepada siapa saja yang mendidik anak-anak, hendaknya menjauhi sikap banyak memerintah.

c. Memberikan hadiah kepada anak-anak atas akhlak dan perilaku baik mereka, dengan hadiah maknawi seperti menunjukkan sikap ridha dan juga dengan hadiah yang bersifat materi.

d. Ketika mereka melakukan kesalahan, hendaklah memperingatkan kesalahan mereka dengan halus dan lemah lembut kemudian meluruskannya.

e. Apabila dia melakukan kesalahannya secara berulang, maka mungkin sebagai hukumannya kita tidak memberikan apa yang dia senangi, dan apabila dia tetap dalam kesalahannya maka mungkin kita bisa menerapkan cara peringatan dan ancaman, akan tetapi tidak dengan nada merendahkan dan menghina lebih-lebih di hadapan kerabat dan teman-temannya, karena hal itu menjadikan dia merasa minder dan rendah.

f. Apabila cara-cara di atas tidak menuai hasil dan “diharuskan” untuk memukul, maka perhatikanlah hal-hal berikut ini:

-Pukulan adalah sarana untuk mendidik, sebagaimana fungsi penggunaan garam untuk makanan, maka hendaknya sedikit saja supaya tidak menghilangkan fungsinya.

-Pukulan tidak keras dan tidak menyakitkan.

-Jangan memukul dalam kondisi sangat marah karena dikhawatirkan akan mencelakakan anak.

-Menghidari anggota badan yang sensitif seperti kepala, wajah, dada dan perut.

-Tidak memukul lebih dari tiga kali apabila anak belum baligh.

-Hendaklah engkau yang melakukannya (pukulan itu) sendiri, dan jangan diwakilkan ke orang lain.

-Termasuk kesalahan adalah tidak memberikan hukuman setelah memberikan ancaman. Misalnya seorang ayah brkata kepada anaknya:’Apabila engkau melakukan kesalahan ini lagi nanti akan saya pukul’. Ternyata ketika dia melakukan kesalahan itu ayahnya tidak memukulnya.

-Hendaklah melupakan secara langsung apa yang berkaitan dengan dosanya setelah dilakukan hukuman.

-Jangan memaksa anak secara langsung untuk meminta maaf setelah diberikan hukuman karena hal itu adalah penghinaan baginya.

-Sebagaimana wajib untuk tidak meminta anak agar tidak menangis setelah diberikan hukuman karena mungkin saja dia menangis karena merasakan sakit dengan hukuman tersebut.

Faedah dari hadits di atas

1. Ibadah amaliyah dalam Islam yang pertama kali diajarkan kepada anak setelah tauhid adalah shalat.

2. Para orang tua harus membiasakan anak-anaknya untuk mengajarkan shalat serta mengajarkan hukum-hukum dan etikanya, sebagaimana yang dinukil oleh al-Baghawi rahimahullah dalam kitab Syarhus Sunnah (II/407) dari asy-Syafi’i rahimahullah:“Para orang tua, baik bapak maupun ibu, harus mendidik mereka serta mengajarkan tata cara bersuci dan shalat kepada anak-anak mereka, dan memukul mereka karena tidak melakukan hal itu jika mereka sudah dewasa. Anak laki-laki yang sudah bermimpi basah atau anak perempuan yang sudah haidh atau genap berusia lima belas tahun, maka mereka ini sudah harus mengerjakannya.”

3. Pukulan merupakan salah satu cara mendidik –khususnya jika pukulan itu mendatangkan manfaat. Tetapi pukulan itu harus mendidik dan tidak boleh melukai, dan hendaknya dihindari pukulan pada wajah.

4. Kepada para bapak diperintahkan untuk melindungi anak-anak mereka dari hal-hal yang bisa menimbulkan fitnah di dalam diri mereka. Oleh karena itu, tempat tidur mereka harus dipisahkan.

5. Umur tamyiz (bisa membedakan) adalah umur 7 tahun, sedangkan masa pubertas dimulai sejak usia 10 tahun.

6. Setiap periode kehidupan manusia mempunyai keistimewaan masing-masing yang dapat dibedakan, dan perilaku seseorang dapat diarahkan dengannya. Maka, bagi para pendidik harus mengetahui dan menguasai hal tersebut.

Perintah mengerjakan shalat dan pukulan karena tidak mengerjakannya adalah dalam kondisi latihan, bukan kewajiban, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh al-Khatib al-Baghdadi.

Shalatnya anak pada usai tamyiz adalah sah, sebagaimana dinyatakan oleh
al-Baghawi dalam kitab Syarhus Sunnah. Wallahu A’lam.